Hinalah Daku, Kau Kusayang
Maiyah, Hinalah Daku, Kau Kusayang di blog Maiyah ini diposting oleh Horiq Sobarqah 21 Desember 2012. (  )
Hinalah Daku, Kau Kusayang - Ciptaan  Allah paling awal, Nur Muhammad (cahaya yang terpuji), yang  kemudian  membuat Allah berminat menciptakan jagat raya, salah satu  episode  tugasnya adalah berlaku menjadi Muhammad bin Abdullah. Di  Mekkah, selama  63 tahun, berpangkat Nabi dan menjabat sebagai Rasul  terakhir: salah  satu "profesi" utamanya adalah dihina.
Tak ada perdebatan kenapa hanya 63 tahun, sementara  pendahulunya,  misalnya Adam atau Nuh, ditugasi menjadi pelakon utama  antara 900 sd  1300 tahun. Mungkin Allah ambil keputusan begini: Muhammad  sebentar  aja, tetapi saya bawain buku panduan lengkap, Al-Quran,  tinggal  disampaikan, terserah manusia memakainya atau tidak.
Para  pendahulu dikasih ratusan tahun, tapi ternyata tidak cukup  untuk  meneliti dan menemukan jati diri. Maka, yang terakhir ini 63  tahun saja,  dengan buku manual yang terjaga kemurniannya secara  absolut. Inna  nazzalnadz-dzikro wa inna lahu lahafidhun, Allah kasih  buku bimbingan,  dan Ia berjanji menjaganya.
Enam puluh tiga tahun dengan  pencapaian sejarah yang membuat Michael  Hart meletakkannya sebagai tokoh  nomor satu yang paling berpengaruh  dalam sejarah ini, terlalu  revolusioner dan ekstrafenomenal --sehingga  sangat potensial untuk  melahirkan rasa cemburu dan kedengkian di  seluruh muka bumi. Mungkin  karena itu software manusia Muhammad juga  disiapkan oleh Allah untuk  memiliki ekstraresistensi terhadap berbagai  jenis pelecehan yang amat  merendahkannya.
Sejak Muhammad mensosialisasikan tauhid di  komunitas sekitar Ka'bah  Mekkah, siang malam ia diejek, dihalangi,  dirancang untuk dibunuh, atau  dilempari batu seperti ketika ia  berimigrasi ke Ethiopia. Tak hanya  teologinya yang ditolak dan dianggap  anarkis. Hak paten Muhammad atas  sumber air Zam Zam karena ia adalah  cucu penemunya, yakni Mbah Abdul  Muthalib: merupakan ancaman terhadap  dominasi konglomerat Abu Jahal  atas perekonomian Mekah. Selama ini kita  terlalu berpikir polos,  menyangka bahwa yang diberangus hanya tauhid,  bahwa yang dihancurkan  adalah Islam --padahal faktor air Zam Zam, juga  tambang minyak,  sebenarnya mungkin lebih primer.
Melihat  wataknya, soal agama tak penting-penting amat bagi Abu  Jahal. Tapi para  anak buahnya terperdaya: mereka pikir Muhammad dan  Islamnya yang menjadi  sasaran utama. Sehingga fokus mereka adalah  memukuli Muhammad, membuat  karikatur untuk memperolok-olokkannya,  membikin film yang  memperhinakannya, bikin macam-macam games di  internet untuk menyebarkan  virus kebencian kepada Muhammad.
Beberapa tahun yang lalu di  banyak forum Maiyah di berbagai daerah,  saya pasang layar untuk  menunjukkan gambar-gambar dan video penghinaan  itu. Dan saya bertanya  kepada semua yang hadir: "Kira-kira kalau  Rasulullah melihat  tayangan-tayangan penghinaan ini, akan naik pitam  atau tersenyum?" 100%  hadirin di semua tempat menjawab: "Tersenyum".  Apa yang kira-kira  diucapkan oleh beliau? Jamaah menjawab: Berdoa, ya  Allah ampunilah  mereka, karena mereka tidak mengerti apa yang mereka  lakukan. "Lha  kita," tanya saya lebih lanjut, "Akan ikut tersenyum dan  berdoa seperti  itu ataukah mengamuk, demo, membikin tayangan penghinaan  balasan, atau  gimana?"
Para penghina Nabi Muhammad itu berjasa besar kepada  umat Islam,  karena repot-repot menciptakan momentum, konteks, dan  nuansa  kekhusyukan agar kita semua lebih rajin menyatakan cinta dan  kesetiaan  kita kepada Allah dan Muhammad. Bentuk pernyataan cinta itu  bisa  batiniah saja, bisa dengan pekikan-pekikan dalam demo, bisa   counter-informasi, atau apa pun. Yang penting tidak perlu "GR"   seolah-olah Muhammad butuh pembelaan kita karena beliau kita anggap   lemah dan kita yang kuat.
Jadi, pembelaan kita atas Muhammad  sasaran utamanya adalah  integritas kita sendiri di hadapan beliau dan  Allah. Apalagi  semarah-marah kita terhadap penghinaan itu, masih jauh  lebih murka  Allah, sebab cinta kita kepada Muhammad tidak ada sebutir  debu  dibandingkan dengan cinta Allah kepada kekasih-Nya itu. Kaum muslim   juga diam-diam berterima kasih kepada para penghina Muhammad karena   kekejaman mereka adalah peluang sangat indah untuk memaafkan mereka,   sehingga derajat kita meningkat di mata Allah. Penghinaan adalah rejeki   kemuliaan bagi yang dihina. Ayo, hinalah daku, kau kusayang.
Tahun 2008 bersama musik Kiai Kanjeng saya pentas di distrik dekat  rumah  Geert Wilders, Belanda, orang penting dalam kasus film penghinaan  atas  Islam yang membuat Theo van Gogh dibunuh oleh pemuda muslim  keturunan  Maroko. Sebelum atau sesudah pentas kami berniat bertamu ke  rumah  beliau, tapi tak jadi karena beliau pergi tak jelas ke mana. Kami   menyesal karena gagal menyampaikan ucapan terima kasih atas   penghinaannya, demi mengurangi dosa-dosa kami.
Emha Ainun Nadjib, Budayawan
Artikel Terkait:
http://www.facebook.com/notes/buletin-mocopat-syafaat/hinalah-daku-kau-kusayang/10151064128596739
http://www.gatra.com/kolom-wawancara/19803-hinalah-daku,-kau-kusayang.html

 



0 comments:
Post a Comment