Kenduri Cinta 13 Juli 2012 berjudul "Mendirikan Indonesia"
Maiyah - Mendirikan Indonesia, Maiyah - Mendirikan Indonesia di blog Maiyah ini diposting oleh Horiq Sobarqah 19 November 2013. ( )
Maiyah - Mendirikan Indonesia, Pada acara Kenduri Cinta pada tanggal 13 Juli 2012 di Jakarta mengambil tema “MENDIRIKAN INDONESIA”. Menurut Sabrang (Noe) Vokalis band Letto di acara Kenduri Cinta bulan juni 2013, dia mengatakan bahwa masa depan yang paling layak untuk dilukis adalah Surga, Paradise dalam Bahasa Inggris-nya. Menggunakan othak athik gathuk, paradise diidentikan dengan frasa para_desa (desa-desa di tempat tinggi). Desa dimana orang-orangnya masih peduli sama tetangga, masih ada gotong royong, ada rempug desa untuk memikirkan masa depan bersama, menomor-satukan kebersamaan dan tidak gampang tega. Jadi untuk melukis surga/para_desa di akhirat, Sabrang mengajak kita untuk melukis Desa disini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam literatur arab desa sering dikatakan sebagai Qoryah ( قرية ), dan penduduk nya disebut sebagaiahlul Quro (أهل القري) atau ummul Quro (أم القري). Dalam Al-Quran, Ummul Qura disebutkan sebagai gambaran orang-orang Quraisy Makkah. Makkah adalah pusat persaingan dagang dan transaksi komersial. Keadaan ini menjadikan Makkah sebagai pusat kapitalisme, hal ini akibat dari proses korporasi antar Klan yang menguasai dan memonopoli perdagangan kawasan Bizantium. Watak ekstrim kapitalis Quraisy yang mengakumulasikan kekayaan dan memutarnya demi keuntungan individu dan korporasi-nya melahirkan ketimpangan dan kesenjangan sosial di Makkah. Ini sangat kontras dengan gambaran desa, para_desa. Dan memang Makkah lebih sering disebut sebagai sebuah Kota ketimbang sebagai sebuah Desa.
Desa di sekitar lereng Merapi berada di tempat-tempat tinggi, berbeda dengan Makkah. Awalnya, warga desa tidak membolehkan siapapun dari luar daerah datang memasuki ujung desa setelah ‘musibah’ melanda. Orang-orang kota datang hanya berwisata, melihat-lihat bekas rumah-rumah mereka yang hancur, sisa-sisa batang pohon yang mengering hangus diterjang hawa panas. Desa yang luluh lantak digerus lahar, menyisakan puing puing terkubur pasir. Setiap orang yang menyaksikan itu seakan bertanya “Apakah kiamat pernah terjadi disini?” Merapi tidak menjawab, namun seiring waktu tumbuhlah harapan baru didalam dada warga bersama tunas tunas pohon yang menghijau. Mungkin kesedihan mereka telah lenyap oleh kesuburan tanah yang meningkat drastis pasca erupsi dan berkah berupa gundukan pasir-pasir merapi yang berkualitas tinggi yang melimpah, bagaikan panen raya. Dan mereka menjadi suatu kaum yang baru setelah menjalani proses kematian. Jika ditelususri, kata ‘Kaum’ seakar dengan kata ‘Kiamat’ yang berarti berdiri dan bangkit.
Dari ilustrasi-ilustrasi diatas, nampak bahwa desa tidaklah sekedar keberadaan georafis, penduduk, pemerintahan dan adanya pengakuan dari luar. Namun apa yang mendasarinya? Apa yang menjadi landasan_berdiri kehidupan sosialnya? Seperti halnya Negara, kalaulah faktor landasan_berdiri bernegara adalah politik, kita sudah tidak menemukan diri kita sendiri dalam sistem berpolitik di Indonesia. Melainkan didikte paksa dari luar diri kita sendiri, kita sadari atupun tidak. Padahal, berdiri adalah menjadi diri sendiri. Jika faktor landasan bernegara adalah budaya, budaya sudah sedemikian abu-abu, mana wujud budaya sendiri atau dari luar sudah tidak dapat dibedakan. Apalagi faktor ekonomi, merupakan mimpi kosong jika mengatakan bahwa mampu bangkit berlandaskan ekonomi untuk kebangkitan negara. Kebangkitan ekonomi sekarang adalah berdirinya sebagian kecil warga diatas keterpurukan panjang sebagian besar warga lainnya. Apakah proses kiamat sedang berlangsung saat ini? Seperti halnya Al-Quran menggambarkan, bahwa ketika terjadinya Kiamat maka setiap orang tidak lagi memikirkan anak, saudara, teman dan kerabat, mereka hanya memikirkan nasib diri sendiri. Kalau dipakai kerangka ini maka wujud kehidupan sosial yang dilandasi kapitalisme adalah peristiwa menjelang kiamat besar itu.
Kesadaran terhadap keadaan sosial itu, mendorong individu-individu untuk dapat berhijrah. Sebagaimana dicontohkan Rasulullah dengan berhijrah dari Makkah ke Yasrib(Madinah). Setelah mengalami penolakan keras dari Quraisy Makkah yang orientasi_hidupnya ekstrim kapitalis, di Yasrib justru Akhlaq Muhammad bin Abdullah kongkrit menjadi senyawa kehidupan sosial kaum Anshor dan Muhajirin. Sehingga terwujud hubungan individu dengan dirinya sendiri, indvidu dengan sesama, individu dengan keluarga, individu dengan komunitasnya dan seterusnya secara benar,baik dan indah di ‘Desa’ Madinah.
Hal menarik juga disampaikan oleh Yai Toto Raharjo dan Syech Nursamad pada KC Juni 2012, mengenai peristiwa Rasulullah SAW yang mengubah arah Kiblat (Al-Baqarah 142-144). “Perubahan kiblat itu – apakah Nabi Muhammad sudah punya sensitivitas politik atau apa? Bagi saya, orang perdesaan yang berusaha untuk selalu berjuang, perubahan kiblat merupakan peristiwa. Ini bisa juga menyangkut strategi, simbol, arah.” Bahwa saat ini peradaban berkiblat pada Barat dan Arab yang orientasi_hidupnya ekstrim kapitalis dalam berbagai bidang ideologi, politik dan ekonomi . Ini sangat jauh beda dengan Rosululloh SAW yang berorientasi_hidup sejahtera, bahagia, saling menghormati dan hidup patut dalam ummatan wasathon, masyarakat penengah dalam bidang ideologi, politik dan ekonomi .
Tema terbesar Kenduri Cinta selama ini adalah“Menegakkan Cinta Menuju Indonesia Mulia”. Sebagaimana simpul-simpul Maiyah yang ada, cinta ditegakan bersama-sama tidak sekedar pada saat acara bulanan berlangsung, namun Orang-orang Maiyah senantiasa menegakkan cinta pada kehidupan kesehariannya, dalam keluarga, bertetangga, lingkungan kerja dan juga dalam hidup berbangsa. 12 tahun perjalanan KC, bukan suatu kurun yang pendek bagi sebuah komunitas non-profit oriented. Sesuai tema besar, Menegakkan Cinta bagi KC adalah gerakan Maiyah, dan Menuju Indonesia Mulia dapat dikatakan sementara ini sebagai kiblat-nya, meskipun itu semua tidak dianggap apapun oleh Indonesia.
……“Wahai Indonesia, kamu tidak usah menghisabku, karena aku juga tidak menghisabmu. Kamu tidak usah menghitung Kenduri Cinta, karena bagi Kenduri Cinta, kamu juga juga tidak terhitung sama sekali. Karena ada sesuatu yang lebih besar yang akan terjadi. Dimana Indonesia hanya menjadi bagian kecil dari pengembaraan jauh dan besar itu.”……. (Muhammad Ainun Nadjib, KCApril2012)
Pada KC 13 Juli 2012, dengan tema “MENDIRIKAN INDONESIA”, Indonesia disini bukan sekedar Negara, Indonesia bukan sekedar pengakuan wilayah geografis, adanya penduduk dan pemerintahan. Indonesia disini termasuk bangsa, bahasa, tanah-air disertai dengan rentetan sejarah panjang orientasi kehidupan sosial dan cita-cita pendiri(penduduk?)-nya.
…….Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “gotong - royong“Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong - royong!Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong!....... ( Ir.Soekaro, 1 Juni 1945)
MENDIRIKAN dapat dimaknai sebagai menDIRIkan, Mendirikan atau men-dirikan. KC memilih tema ini supaya kita yang selama ini enak duduk sudi beranjak berdiri. Mungkin kita yang lupa istilah gotong-royong dapat ingat lagi, syukur mau gotong-royong. Kalaupun Indonesia malah gak mau gotong-royong, atau justru makin seneng saling mengkalahkan. Ya kita-kita saja yang gotong royong, meskipun tanpa istilah gotong royong.
0 comments:
Post a Comment